THE PURSUIT OF HAPPYNESS
PENDAHULUAN
Motivasi adalah perilaku yang ingin
mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan
kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap
ke arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri
seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri
sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah
motivasi ekstrinsik.
Motivasi mempunyai peranan yang
strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar
tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar
peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar
tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar
mengajar.
SINOPSIS
Sebuah Kisah nyata perjalanan seorang Ayah dan anaknya dalam menempuh
pahit getirnya kehidupan hingga akhirnya hidup berkecukupan sebagai
multimillionaire stockbroker di pasar saham. berkat kesabaran dan kegigihan
hati seseorang Ayah demi kebahagiaan anaknya yang akhirnya menjadi sumber
kekuatan tersendiri di luar batas yang mungkin dapat dibayangkan.
Film yang
mengisahkan kehidupan sebenarnya dari seorang Christopher Gardner, seorang tuna
wisma dan single parents yang berjuang dalam hidup bersama anaknya hingga
berhasil menjadi jutawan dan CEO sebuah perusahaan stockbroker ternama di
Amerika yaitu Christopher Gardner International Holdings dengan kantor yang
kini tersebar di New York, Chicago, and San Francisco. Dari seorang yang miskin
hingga menjadi jutawan, pastilah sebuah kisah yang sudah pasti akan mengundang
rasa kagum dan menarik untuk kita ketahui. Sebuah moment yang yang mampu
menyentuh emosional terdalam dan bersatu dalam sebuah konteks kehidupan
spritual akan sebuah arti kehidupan itu sendiri.
“Setiap
orang pasti akan melewati satu point dimana dia akan menuju terus kebagian
paling dasar dari hidupnya. Dan melewati satu point lagi yang akan selalu
menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita hanya tidak tahu kapan dan
dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli lah dalam melihat hidup ini…
karena hanya akan ada satu point yang anda akan lewati.. jangan pernah menyerah
maupun lupa diri saat melewati cek point anda!”
Mungkin ada
sedikit kemiripan dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner
dalam film ini. Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoper’s Son
yang diperankan oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :
“There was a
man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you
need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he
tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to
Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I
sent you two boats, you dummy!”
Intinya adalah Tuhan biasanya
mendatangkan bantuan lewat cara-cara yang terkadang kita sendiri tidak
mengetahui bahwa itu adalah bantuan. Karena bentuknya yang tidak berupa
mukjizat secara langsung dan kasat mata. Tapi hanya bisa kita pahami pada saat
kita memandang kebelakang di kehidupan kita.
Turning
point dalam hidup seseorang seringkali terjadi di waktu dan tempat yang kita
tak pernah bayangkan. Ada saatnya kita memasuki turning point yang membawa
kehidupan kita kebawah. Sama halnya yang diawali oleh Gardner. Turning point ke
bawah ini berawal saat dia memutuskan untuk menjadi seorang salesman Bone
Density scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli
beberapa alat ini sebagai stock untuk dijual kembali secara exclusive ke
medical centre di San Fransisco. Namun ditengah terpuruknya kondisi ekonomi
Amerika saat itu, membuat Gardner kesulitan untuk menjual barang tersebut
sebagai kompensasi untuk menutup biaya hidup mereka. Tekanan hidup dirasa
semakin berat oleh keluarga Gardner, karena langkah Gardner tersebut ternyata
membuat kondisi keuangan keluarga menjadi tidak stabil dan sulit. Istrinya pun
mengalami kelelahan baik lahir maupun batin karena harus bekerja double shift
untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, sehingga bayangan akan masa depan yang
diharapkan diawal pernikahan seakan menjadi jauh dari jangkauan. Rasa putus asa
dan lelah jiwa membuat istrinya cepat meledak-ledak dan skeptis terhadap
kemampuan suaminya.
Sedangkan
Christopher Gradner, yang lahir pada 9 february di Milwauke tanpa pernah
melihat siapa ayahnya terlahir untuk memiliki mimpi sendiri yang dia rasakan
lebih penting bagi dirinya daripada hanya menjual scanner. Kehidupan keras yang
dia rasakan bersama ibunya telah menempa dirinya hingga memiliki suatu
“spiritual genetic” tersendiri dan mengajarkan dia suatu pelajaran berharga
dalam hidup, yang tetap dia pegang hingga kini. Dia ingin menjadi seorang ayah
yang dia tidak pernah miliki. Dan hal tersebut dia dedikasikan ke anaknya
melalui kesabaran yang tiada batas serta kesatuan emosi dengan anaknya. Dan
saat istrinya memutuskan untuk meninggalkan dia karena tidak tahan lagi akan
tekanan hidup yang dimiliki, semuanya mulai berubah. Chris harus rela
kehilangan mobil dan apartmentnya. Namun dia tetap bersikukuh untuk tetap dapat
bersama anaknya, karena dia telah membuat keputusan dimasa kecilnya, saat dia
memiliki anak nanti, dia tidak ingin anaknya tidak tahu siapa bapaknya seperti
dirinya. Walaupun akhirinya, istrinya tetap meninggalkan mereka.
Saat melihat
hal tersebut, hati kami seakan ikut teriris dan sedikit mengeluarkan air mata.
Terlebih saat adegan dimana Chris dan anaknya harus hidup homeless dan
terpaksa tidur di kamar mandi umum. Dengan air mata berlinang sambil menatap
anaknya, satu tangan diberikan sebagai bantal untuk anaknya agar dapat tetap
tidur nyenyak dan satu tangan lagi dikerahkan untuk menahan pintu yang tengah
ingin dibuka oleh seseorang dari luar. Dia berusaha menghindari pemeriksaan
petugas yang sedang memeriksa setiap malam. Wajah anaknya sudah kelelahan dan
bila diusir dia tidak tahu harus tidur dimana.
Sebagai
instantnya, turning point kedua dalam hidup Gardner dan pekerjaannya terjadi
diparkiran sebuah gedung. Pada saat dia memandang ke arah salah satu gedung
yang berdiri megah di San Fransisko, dia melihat begitu banyak muka-muka
bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang rasanya menjadi
sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia melihat seseorang
tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat disebelahnya. Decak
kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana orang itu
mendapatkannya. Dia bertanya “Wow, I gotta ask you two questions. What do
you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya
menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000
per bulan.
The Pursuit
of happiness adalah salah satu film yang layak anda tonton. Banyak pelajaran
hidup yang dapat diambil didalamnya. Menceritakan bagaimana sebuah kerja keras
dan devotion seorang ayah terhadap anaknya membawa kebahagiaan pada
akhirnya. Kita tidak tahu betapa mewahnya sebuah pertolongan bila kita tidak
pernah kesulitan. Dan betapa indahnya kebahagiaan, bila tidak pernah merasakan
penderitaan. Salah satu pelajaran hidup yang priceless.
Mungkin yang
perlu kita pertanyakan dari kisah tersebut adalah bagaimana kita mengartikan
sebuah kebahagiaan. Bukan hasil pencapaiannya, namun prosesnya. Karena Seorang
milioner seperti Gardner sekalipun pernah membuat keluarganya kelaparan. Pernah
mengalami derita yang tak terbayangkan. Sangat beda dari film-film yang selalu
berisi anak seorang kaya yang kemudian menjadi lebih kaya lagi kemudian hidup
bahagia. Ini adalah cerita nyata yang juga dialami oleh ratusan juta orang di
muka bumi. Apa yang dapat kita pelajari dari Chris Gardner dalam meraih
kesuksesannya? Mempertahankan keluarganya? Apakah takdir yang menemukan kita
ataukah kerja keras dan kesabaran yang membawa kita menuju takdir kita? Satu
hal mungkin yang harus kita ingat sebagai pelajaran, kita tidak pernah tahu apa
yang orang lain telah lalui ketika kita membentuk ekspektasi kita.
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR
TEORI
Dalam menganalisa kasus ini kami
menggunakan beberapa teori diantaranya sebagai berikut :
1.
Konsep kepribadian sehat menurut Carl Rogers
Carl Rogers
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikontrol
oleh peristiwa masa kanak-kanak, yang penting adalah masa sekarang, saat ini
dan apa yang kita hadapi dan yang terjadi, meskipun masa lampau memberikan
pengaruh, namun bukan penentu masa sekarang. Manusia memiliki kecenderungan
mengaktualisasi yaitu untuk bergerak menuju perlengkapan atau pemenuhan
potensi-potensinya. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar dan kadang
menyakitkan, seperti tantangan dan ujian sebagai cambukan terus-menerus
terhadap kemampuan seseorang. Rogers memberikan istilah untuk orang yang sehat
sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Keterbukaan terhadap pengalaman
Kepribadian yang dinamis dan
fleksibel, yaitu terbuka terhadap pengalaman dari luar untuk menemukan
pandangan baru yang lebih kreatif dan konstruktif.
- Kehidupan eksistensial
Orang yang eksis memiliki
pikiran jernih dan memakai pengalaman sebagai suatu kehidupan baru serta mereka
dapat menyesuaikan diri secara terus-menerus, terbuka, tidak berprasangka,
tegar, dan tidak memanipulasi pengalaman.
- Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Mereka mempunyai kepercayaan
diri sepenuhnya, spontanitas namun tidak tergesa-gesa serta tidak meninggalkan
konsekuensi yang mungkin diperolehnya. Individu yang sehat memberikan kebebasan
pada organisme untuk memberikan nilai terhadap dirinya.
- Perasaan bebas
Orang yang sehat memiliki rasa
bebas dalam memilih dan bertindak, memiliki perasaan berkuasa secara pribadi
terhadap dirinya sehingga masa depan tergantung pada dirinya dan tidak diatur
oleh peristiwa masa lampau.
- Kreativitas
Orang yang berfungsi
sepenuhnya memiliki sikap yang kreatif, fleksibel, spontan, wajar dan tidak
mengharapkan tuntutan dari lingkungan. Mereka mengembangkan diri dengan penuh
keyakinan serta memiliki ketahanan terhadap perubahan, sehingga sikap ini dapat
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
2. Teori Adjustment (Penyesuaian Diri) dan Coping-Resilience
Konsep
adaptasi berasal dari istilah biologi yg berarti upaya untuk bertahan hidup yg
dilakukan oleh berbagai spesies. Adjustment (penyesuaian diri) tersebut
mengandung dua proses, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
merubah lingkungan agar menyesuaikan diri dg kebutuhan individu. Istilah
penyesuaian diri dan lingkungan bermakna luas yaitu lingkungan yang berbentuk fisik
(lingkungan sekitar, alam, benda-benda yang kongkret) dan lingkungan yang
berbentuk psikis (jiwa, raga, rohani, keyakinan). Penyesuaian diri yang baik
dilakukan dengan respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Ketika
individu gagal atau tidak mampu menyesuaikan diri akan menimbulkan gangguan
(abnormalitas) seperti kecemasan, stress, kesepian, kebosanan, depresi,
frustrasi, perilaku menyimpang serta psikosomatis.
Salah satu upaya
penyesuaian diri adalah perilaku coping, yakni upaya untuk melakukan perubahan
kognitif dan perilaku secara konstan dalam rangka memenuhi tuntutan
internal/eksternal (atau konflik diantara keduanya) yang bersifat spesifik
dan dirasakan mengancam bagi individu. (Folkman & Lazarus).
Menurut Lazarus (Sarafino, 1998),
ada dua jenis coping yaitu :
1. Emotion-focused
coping atau koping yang berfokus pada emosi
Emotion focused coping merupakan upaya coping dengan mengurangi beban emosi atau usaha untuk
mengubah/mengelola respon emosi seseorang terhadap stimulus stres
(Prokop, dkk., 1991).
2. Problem focused coping atau koping yang
berfokus pada masalah
Problem focused coping adalah suatu upaya coping dengan mengubah hubungan antara diri dengan lingkungan
sebagai strategi problem solving atau sebagai upaya mengubah/ mengelola
stimulus stres (Prokop, dkk., 1991).
Dalam
menghadapi suatu masalah terkadang menimbulkan trauma. Kemampuan individu untuk
bangkit dari trauma disebut resilience. Resilience dapat dilihat dari :
·
Adanya hasil penyesuaian diri yang baik meskipun
individu memiliki resiko tinggi
·
Menunjukkan kompetensi yang konstan ketika
menghadapi stres
·
Mampu memulihkan diri dari trauma (Wikipedia)
B.
ANALISIS TOKOH
Dalam teori
Rogers, ia mengemukakan bahwa tingkah laku individu dapat dipahami hanya
melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas yaitu realitas
obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu
waktu tertentu. Bila kita kaitkan dengan tokoh Christ Gardner, ia sebenarnya
bukan berasal dari keluarga yang bahagia, ia tidak mengalami pengasuhan yang
indah bersama kedua orang tuanya dari kecil karena bertemu ayah kandungnya saja
ketika ia berusia 28 tahun, namun ia tidak terpuruk oleh kondisi masa lalunya
ini. Christ justru mampu melakukan resilience (bangkit dari trauma masa lalu).
Hal ini terbukti dari tekadnya agar kelak anaknya kenal siapa dirinya sebagai
sosok ayah yang baik. Jika dikaitkan dengan teori Carl Rogers, maka Gardner
tergolong dalam orang yang mampu berfungsi sepenuhnya. Hal ini terlihat dari :
- Gardner mampu menerima keadaan keluarganya yang tidak harmonis dan kondisi ekonomi yang sulit. Sementara istrinya tidak bisa menerima keadaan tersebut. Ia selalu menyalahkan Gardner yang tidak mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan memaksanya untuk bekerja double shift di sebuah laundry demi menutupi kekurangan ekonomi tersebut. Namun hal ini tetap saja tidak mampu menutupi sepenuhnya. Sehingga sang istri semakin tertekan dan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Gardner dan anaknya.
- Gardner bergerak untuk menuju perlengkapan atau pemenuhan potensinya yaitu dengan mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan stockbroker. Awalnya ia hanya magang (bekerja tanpa gaji) pada perusahaan tersebut. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa, sebaliknya ia semakin bersemangat dan bertekad kuat. Sikap Gardner yang demikian sangat sesuai dengan Teori Rogers bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang mampu bersikap eksis dan tegar.
- Kemampuan aktualisasikan dirinya ditunjukkan dengan semangatnya dalam bekerja walaupun tanpa gaji yang sebenarnya ia sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bersama anaknya. Ia mampu menghadapi segala tantangan dan ujian menuju keberhasilan sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam konsep pribadi sehat.
- Gardner memiliki pribadi yang dinamis dan fleksibel, ditunjukkan dengan kemampuannya bergaul di lingkungan kantor tanpa menampakkan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya.
- Gardner termasuk orang yang percaya akan kemampuan dirinya. Ia dapat meyakinkan atasannya bahwa ia memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik, meskipun ia bukan seorang sarjana.
KESIMPULAN
Dari analisa kepribadian tokoh di atas, kami menyimpulkan bahwa Christ Gardner
memiliki kepribadian yang sehat menurut pandangan Carl Rogers (orang yang
berfungsi sepenuhnya). Ia juga mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan
perilaku coping yang baik dan mempunyai kemampuan resilience. Sedangkan
istrinya tidak mampu bersikap demikian. Dari kisah hidup Christ Gardner ini
kita dapat mengambil perjalanan bahwa hidup ini penuh dengan tantangan yang
harus dihadapi dengan penuh ketegaran dan kepercayaan diri demi pencapaian
keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J., & J, F. G.
(2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar