Selasa, 29 Desember 2015

Psikologi Manajemen

A. Motivasi Kerja
         1. Pengertian Motivasi

          Perilaku seseorang dimulai dengan dorongan tertentu/motivasi. Dapat diyakini bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki motivasi untuk pekerjaan.Motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, yang mengaktifkan dan menggerakkan ke arah perilaku untuk mencapai tujuan tertentu (Barnes, 1996 dalam Rivai, 2003: 89). Motivasi kerja yang tinggi dari setiap karyawan sangat diperlukan guna peningkatan produktivitas perusahaan. Orang yang mempunyai motivasi tinggi akan terpacu untuk bekerja lebih keras dan penuh semangat karena mereka melihat pekerjaan bukan sekedar sumber penghasilan tetapi untuk mengembangkan diri dan berbakti untuk orang lain. Oleh karena itu motivasi penting sebagai dorongan seseorang dalam menghasilkan suatu karya baik bagi diri sendiri maupun bagi perusahaan. Dengan demikian motivasi mengacu pada dorongan yang baik dari dalam atau dari luar diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan (Daft, 2002: 91).
          Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu konsep yang mendorong individu untuk mengarahkan perilakunya pada pencapaian tujuan organisasi dimana yang menjadi pendorong adalah keinginan dan kebutuhan individu.Untuk dapat memotivasi seseorang ada empat hal yang perlu dipahami dan dilakukan (Lefton, 1997 dalam Rivai, 2003: 90) yaitu: 
a. Pelajari apa kebutuhan yang dapat dipahami dan apa yang tidak dapat dipahami orang.
b. Harus dapat membantu orang bagi tercapainya tujuan kerja perusahaan.
c. Hubungan ini perlu ada kejelasan, sehingga orang tahu apa yang sesuai untuk perusahaan.
d. Upayakan bahwa setiap orang mempunyai komitmen yang tinggi.
          Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap karyawan dalam perusahaan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu perusahaan adalah unik secara biologis maupun psikologis dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Dengan pemahaman tersebut maka dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam motivasi kerja (Rivai, 2003: 90), yakni:
a.       Cenderung bertanggung jawab.
b.      Senang membahas kasus yang menantang.
c.       Menginginkan prestasi yang lebih baik.
d.      Suka memecahkan masalah.
e.       Senang menerima umpan balik atas hasil karyanya.
f.       Senang berkompetisi untuk mencapai hasil yang optimal.
g.      Senang membahas kasus-kasus sulit.
h.      Melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan
      dengan orang lain.
  
Teori Motivasi 
 1. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Harold Maslow
      Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang munculnya semangat tergantung dari kepentingan individu. Abraham Harold Maslow mengemukakan “Hierarchy of needs theory” untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia. Bagaimanapun juga individu sebagai karyawan tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan-kebutuhannya.
      Abraham Harold Maslow menyatakan bahwa manusia dimotivasi oleh berbagai kebutuhan dan keinginan ini muncul dalam urutan hirarki. Maslow mengidentifikasi dalam urutan yang semakin meningkat. Adapun kelima tingkatan tersebut adalah (Handoko, 1991: 255) :

1. Kebutuhan Fisiologis ( Physiological Needs) 
a. Teoritis : kebutuhan pangan, sandang, papan, bebas dari rasa sakit
b. Terapan : ruang istirahat, air untuk minum, liburan, cuti, balas jasa    
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Kerja (Safety & Securtiy Needs)  
a. Teoritis : perlindungan dan stabilitas  
b. Terapan : pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana - rencana senioritas,        serikat kerja, tabungan, uang pesangon, jaminan pensiun, asuransi.
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)   
a. Teorits : Cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok, kekeluargaan dan sosialisasi.   
b. Terapan : kelompok-kelompok kerja formal & informal,kegiatan-kegiatan yang disponsori perusahaan, acara peringatan.
4. Kebutuhan Penghargaan ( Esteem Needs)   
a. Teoritis : Status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri dan penghargaan.
b. Terapan : kekuasaan, ego, promosi, jabatan, hadiah, status.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs) 
a. Teoritis : Penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri. 
b. Terapan : Menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat menantang, melakukan pekerjaan pekerjaan kreatif, pengembangan ketrampilan.
        2.  Teori ERG Alderfer
Kebutuhan hirarki Maslow memberikan titik tolak untuk peningkatan teori kebutuhan manusia. Clayton Alderfer mengembangkan teori eksistensi-hubunganpertumbuhan atau bisa juga disebut sebagai Existence-Relatedness-Growth (ERGTheory), yang meninjau kembali teori Maslow untuk membuatnya konsisten dengan penelitian yang mempertimbangkan kebutuhan manusia. Terdapat beberapa perbedaan antara teori ERG Alderfer dan teori kebutuhan hirarki Maslow. Penelitian telah menunjukkan bahwa manusia memiliki tiga bentuk kebutuhan disbanding dengan lima bentuk berdasarkan hipotesa Maslow. Kebutuhan manusia adalah berbeda-beda antara yang satu dengan yanglainnya.
   Demikian juga dengan prioritasnya, masing-masing orang tidak sama.Menurut Clayton Aldefer (Daft, 2002: 96) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi tiga dasar kebutuhan yaitu :
1)    Kebutuhan untuk eksistensi/keberadaan (Existence Needs).
Kebutuhan ini mencakup semua bentuk kebutuhan fisik dan keamanan, seperti: bonus kerja, gaji   tambahan, dan kebutuhan keamanan seperti asuransi kesehatan, jaminan masa depan..
2)    Kebutuhan untuk hubungan (Relatedness Needs)
Kebutuhan ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan social dan hubungan anatar pribadi bermanfaat.
3)    Kebutuhan untuk bertumbuh (Growth Needs)
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan yang melibatkan orang-orang yang membuat usaha kreatif terhadap diri mereka sendiri dan lingkungan. Manusia bekerja memenuhi kebutuhannya  berdasarkan kontinum kekongkritannya. Semakin konkrit kebutuhan yang hendak dicapai, maka semakin mudah seorang karyawan untuk mencapainya. Kebutuhan yang konkrit menurut Alderfer adalah kebutuhan keberadaan yang paling mudah kemudian kebutuhan relasi atau hubungan dengan orang lain untuk dipenuhi dalam mencapai prestasi sebelum mencapai kebutuhan yang lebih kompleks yaitu pertumbuhan.
      Menurut Aldag dan Stearns (Daft, 2002: 97), Alderfer meninjau kembali teori Maslow dengan cara lain yaitu :
1) Dia membuktikan bahwa tiga kategori kebutuhan membentuk hirarki hanya dalam pengertian yang meningkatkan keabstrakan atau mengurangi kekonkretan. Setelah kita bergerak dari kebutuhan eksistensi ke kebutuhan hubungan lalu ke kebutuhan pertumbuhan, cara untuk memenuhi kebutuhan menjadi berkurang dan menjadi kurang konkret.
2) Alderfer menyadari bahwa sementara memenuhi kebutuhan eksistensi dan hubungan, kita dapat membuat kebutuhan itu kurang penting bagi kita, tidak seperti pada kebutuhan pertumbuhan. Malah sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan menjadi lebih penting setelah kita memenuhinya. Setelah kita mampu untuk kreatif dan produktif, kita meningkatkan pertumbuhan kita dan lagi, kita menjadi tidak puas.
3) Alderfer menerangkan bahwa kita mungkin pertama memusatkan pada kebutuhan kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan cara konkret dan kemudian mengurusnya dengan lebih banyak cara untuk menuju kepuasan. Bagaimanapun, Alderfer menambahkan gagasan tentang kekecewaan (frustration). Kekecewaan terjadi ketika kita tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat tertentu secara hakiki yang menyebabkan kita “mundur” dan memusatkan pada kebutuhan yang lebih konkret. Apabila kita tidak bisa memenuhi kebutuhan hubungan, kita akan memusatkan pada kebutuhan eksistensi.

      3.  Teori Pencapaian Motivasi MC Clelland
     Menurut Henry Murray (Usmara, 2006: 53) percaya bahwa kebutuhan diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungan. Murray mengembangkan daftar kebutuhan yang sangat panjang. Mc Clelland secara khusus tertarik pada salah satu kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Mc Clelland merasa bahwa kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan yang diperoleh, yang dikembangkan sejak kecil sebagai hasil dari dorongan dan kepecayaan pada diri sendiri oleh orang tua. Dia juga berpendapat bahwa hal tersebut dapat juga diajarkan pada saat dewasa.
     Mc Clelland berpendapat bahwa manusia dengan kebutuhan prestasi yang tinggi dibagi ke dalam beberapa karakteristik sebagai berikut : 
      1)  Keinginan yang kuat untuk tanggung jawab pribadi.
2) Keinginan timbal balik yang cepat dan konkret dengan mempertimbangkan hasil dari pekerjaan mereka.
3) Melakukan pekerjaan dengan baik, penghargaan moneter dan materi lainnya berhubungan dengan prestasi.
4) Kecenderungan untuk mengatur tujuan prestasi yang layak.
5) Manusia dengan kebutuhan prestasi yang kuat akan menghasilkan tingkat pencapaian tujuan yang tinggi.
6) Suka mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah.
7)  Menentukan target-target pencapaian yang masuk akal.
8)  Mengambil resiko-resiko dengan penuh perhitungan.
9)  Berkemauan keras untuk memperoleh umpan balik atas kinerjanya.
10) Mc Clelland beranggapan bahwa kebutuhan prestasi dapat dikembangkan pada orang dewasa. Manusia yang dewasa emosional akan jauh lebih mampu memotivasi dirinya. Empat cara yang dapat digunakan untuk mendorong dan mengembangkan kebutuhan prestasi menurut Mc Clelland adalah sebagai berikut: Berbicara tentang “bahasa prestasi”. Seseorang dianjurkan untuk berpikir, berbicara, bersikap, dan melihat orang lain sebagai seseorang yang memiliki prestasi tinggi.
Seseorang diajarkan bagaimana mengambil resiko yang pantas untuk memaksimalkan hasi yang diharapkan dan ditunjukkan bagaimana mengatur pemikiran dan fantasi untuk mengukur kebutuhan prestasi.
1) Mendorong bahwa seseorang dapat dan akan merubah serta memusatkan pada tujuan pribadi yang spesifik dalam waktu dekat.
2) Mengembangkan gambaran yang baik tentang diri sendiri dan keinginankeinginan apa saja yang ingin dicapainya serta kemungkinan pencapaiannya.
3) Pengajar dan anggota kelompok lain mendukung seseorang secara emosional dalam usaha perubahan diri.
4) Seseorang membangun kredibilitas berdasarkan kesuksesan-kesuksesan yang telah diraihnya dalam pekerjaan saat ini dan pekerjaan sebelumnya serta dalam kegiatan sosial atau kegiatan masyarakat.
5) Memilih pengalaman yang dapat menunjukkan ketrampilan dan pengetahuan yang Anda pilih untuk digunakan.
Dalam teorinya Mc Clelland mengemukakan tiga motif yaitu :
1) Motif Kekuasaan
Merupakan keinginan untuk mengatur orang lain, untuk mempengaruhi perilaku mereka dan bertanggung jawab terhadap orang lain.
2) Motif Afiliasi
Merupakan keinginan untuk membuat dan mempertahankan hubungan yang bersahabat dan hangat dengan orang lain.
3) Motif Berprestasi
Merupakan keinginan untuk mencapai prestasi dalam bekerja. Orangorang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :
a) Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi ketrampilan, bukan kesempatan, menyukai suatu tantangan dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.
b) Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan. Salah satu alasan mengapa banyak perusahaan berpindah ke program management by objectives (MBO) adalah karena adanya korelasi positif antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.
c)   Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.
d) Mempunyai ketrampilan dalam perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.
4. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
    Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor Vroom, 1964 (Usmara,2006: 58) yang menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi untuk berkinerja berdasarkan : 
a) Pengharapan bahwa suatu kinerja tertentu akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh orang tersebut. 
b) Pengharapan bahwa usaha yang dikerahkan akan menghasilkan kinerja yang diinginkan atau akan membuat perilaku yang diinginkan muncul. 
c) Pengharapan bahwa perilaku yang diinginkan seseorang pasti mengarah ke berbagai hasil.
5.  Model Teori Pengharapan
    Teori pengharapan ini dikaji lebih lanjut oleh David .A.Nadler dan Edward E.Lawler III dalam artikel “Motivation: Adiagnostic Approach” tahun 1977. Banyak ahli perilaku yang berkesimpulan bahwa teori ini paling komprehensif, valid dan berguna dalam memahami motivasi. Seseorang mencurahkan waktu dan energinya pada pencapaian sasaran organisasional sebagai penukar untuk reward yang diberikan organisasi seperti uang, penghargaan, dan kesempatan berprestasi. Reward ini dipandang sebagai motivator utama untuk kerjasama individual dalam pencapaian sasaran organisasional. Sebuah model hubungan motivasi individual dan reward organisasional adalah teori expectancy dari David A.Nadler dan Edward E.Lawler III, 1977 (Usmara, 2006: 61)
Kesimpulan:
     Motivasi kerja yang tinggi dari setiap karyawan sangat diperlukan guna peningkatan produktivitas perusahaan. Orang yang mempunyai motivasi tinggi akan terpacu untuk bekerja lebih keras dan penuh semangat karena mereka melihat pekerjaan bukan sekedar sumber penghasilan tetapi untuk mengembangkan diri dan berbakti untuk orang lain. Oleh karena itu motivasi penting sebagai dorongan seseorang dalam menghasilkan suatu karya baik bagi diri sendiri maupun bagi perusahaan. Dengan demikian motivasi mengacu pada dorongan yang baik dari dalam atau dari luar diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan. 
 
Review: 
1) Motivasi merupakan sebuah dorongan secara emosional dalam kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan maupun titik tertentu.  
2) Terdapat 5 model motivasi yang kami ambil di jurnal ini meliputi Teori Hierarki Kebutuhan  dari Abraham Harold Maslow yang menekankan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkay rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan di tingkat tinngi. kemudian . Teori ERG Alderfer jika kita simak lebih lanjut maka akan tampak bahwa “makin tidak terpenihnya suatiu kebutuhan ternetu makin besar pula keinginan untuk memuaskannya, kuatnya keinginan memuasakan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar apabila kebutuhan yang rendah telah terpuaskan dan sebaliknya jika semakin sulit memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang mendasar. Teori Pencapaian Motivasi MC Clelland menjelaskan bahwa kebutuahan pencapaian merupakan dorongan untuk melebihi,mencapai standart-standar dan berjuang untuk berhasil. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) adalah kekuatan atau kemampuan/kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan.
Sumber: David .A.Nadler dan Edward.E.Lawler III (Usmara, 2006: 61). repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf

Rabu, 18 November 2015

MOTIVASI



THE PURSUIT OF HAPPYNESS


PENDAHULUAN

Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.


SINOPSIS

Sebuah Kisah nyata perjalanan seorang Ayah dan anaknya dalam menempuh pahit getirnya kehidupan hingga akhirnya hidup berkecukupan sebagai multimillionaire stockbroker di pasar saham. berkat kesabaran dan kegigihan hati seseorang Ayah demi kebahagiaan anaknya yang akhirnya menjadi sumber kekuatan tersendiri di luar batas yang mungkin dapat dibayangkan.
Film yang mengisahkan kehidupan sebenarnya dari seorang Christopher Gardner, seorang tuna wisma dan single parents yang berjuang dalam hidup bersama anaknya hingga berhasil menjadi jutawan dan CEO sebuah perusahaan stockbroker ternama di Amerika yaitu Christopher Gardner International Holdings dengan kantor yang kini tersebar di New York, Chicago, and San Francisco. Dari seorang yang miskin hingga menjadi jutawan, pastilah sebuah kisah yang sudah pasti akan mengundang rasa kagum dan menarik untuk kita ketahui. Sebuah moment yang yang mampu menyentuh emosional terdalam dan bersatu dalam sebuah konteks kehidupan spritual akan sebuah arti kehidupan itu sendiri.
 “Setiap orang pasti akan melewati satu point dimana dia akan menuju terus kebagian paling dasar dari hidupnya. Dan melewati satu point lagi yang akan selalu menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita hanya tidak tahu kapan dan dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli lah dalam melihat hidup ini… karena hanya akan ada satu point yang anda akan lewati.. jangan pernah menyerah maupun lupa diri saat melewati cek point anda!”
Mungkin ada sedikit kemiripan dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner dalam film ini. Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoper’s Son yang diperankan oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :
“There was a man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!”
Intinya adalah Tuhan biasanya mendatangkan bantuan lewat cara-cara yang terkadang kita sendiri tidak mengetahui bahwa itu adalah bantuan. Karena bentuknya yang tidak berupa mukjizat secara langsung dan kasat mata. Tapi hanya bisa kita pahami pada saat kita memandang kebelakang di kehidupan kita. 

Turning point dalam hidup seseorang seringkali terjadi di waktu dan tempat yang kita tak pernah bayangkan. Ada saatnya kita memasuki turning point yang membawa kehidupan kita kebawah. Sama halnya yang diawali oleh Gardner. Turning point ke bawah ini berawal saat dia memutuskan untuk menjadi seorang salesman Bone Density scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli beberapa alat ini sebagai stock untuk dijual kembali secara exclusive ke medical centre di San Fransisco. Namun ditengah terpuruknya kondisi ekonomi Amerika saat itu, membuat Gardner kesulitan untuk menjual barang tersebut sebagai kompensasi untuk menutup biaya hidup mereka. Tekanan hidup dirasa semakin berat oleh keluarga Gardner, karena langkah Gardner tersebut ternyata membuat kondisi keuangan keluarga menjadi tidak stabil dan sulit. Istrinya pun mengalami kelelahan baik lahir maupun batin karena harus bekerja double shift untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, sehingga bayangan akan masa depan yang diharapkan diawal pernikahan seakan menjadi jauh dari jangkauan. Rasa putus asa dan lelah jiwa membuat istrinya cepat meledak-ledak dan skeptis terhadap kemampuan suaminya.
Sedangkan Christopher Gradner, yang lahir pada 9 february di Milwauke tanpa pernah melihat siapa ayahnya terlahir untuk memiliki mimpi sendiri yang dia rasakan lebih penting bagi dirinya daripada hanya menjual scanner. Kehidupan keras yang dia rasakan bersama ibunya telah menempa dirinya hingga memiliki suatu “spiritual genetic” tersendiri dan mengajarkan dia suatu pelajaran berharga dalam hidup, yang tetap dia pegang hingga kini. Dia ingin menjadi seorang ayah yang dia tidak pernah miliki. Dan hal tersebut dia dedikasikan ke anaknya melalui kesabaran yang tiada batas serta kesatuan emosi dengan anaknya. Dan saat istrinya memutuskan untuk meninggalkan dia karena tidak tahan lagi akan tekanan hidup yang dimiliki, semuanya mulai berubah. Chris harus rela kehilangan mobil dan apartmentnya. Namun dia tetap bersikukuh untuk tetap dapat bersama anaknya, karena dia telah membuat keputusan dimasa kecilnya, saat dia memiliki anak nanti, dia tidak ingin anaknya tidak tahu siapa bapaknya seperti dirinya. Walaupun akhirinya, istrinya tetap meninggalkan mereka.
Saat melihat hal tersebut, hati kami seakan ikut teriris dan sedikit mengeluarkan air mata. Terlebih saat adegan dimana Chris dan anaknya harus hidup homeless dan terpaksa tidur di kamar mandi umum. Dengan air mata berlinang sambil menatap anaknya, satu tangan diberikan sebagai bantal untuk anaknya agar dapat tetap tidur nyenyak dan satu tangan lagi dikerahkan untuk menahan pintu yang tengah ingin dibuka oleh seseorang dari luar. Dia berusaha menghindari pemeriksaan petugas yang sedang memeriksa setiap malam. Wajah anaknya sudah kelelahan dan bila diusir dia tidak tahu harus tidur dimana.
Sebagai instantnya, turning point kedua dalam hidup Gardner dan pekerjaannya terjadi diparkiran sebuah gedung. Pada saat dia memandang ke arah salah satu gedung yang berdiri megah di San Fransisko, dia melihat begitu banyak muka-muka bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang rasanya menjadi sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia melihat seseorang tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat disebelahnya. Decak kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana orang itu mendapatkannya. Dia bertanya “Wow, I gotta ask you two questions. What do you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000 per bulan.
The Pursuit of happiness adalah salah satu film yang layak anda tonton. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil didalamnya. Menceritakan bagaimana sebuah kerja keras dan devotion seorang ayah terhadap anaknya membawa kebahagiaan pada akhirnya. Kita tidak tahu betapa mewahnya sebuah pertolongan bila kita tidak pernah kesulitan. Dan betapa indahnya kebahagiaan, bila tidak pernah merasakan penderitaan. Salah satu pelajaran hidup yang priceless.
Mungkin yang perlu kita pertanyakan dari kisah tersebut adalah bagaimana kita mengartikan sebuah kebahagiaan. Bukan hasil pencapaiannya, namun prosesnya. Karena Seorang milioner seperti Gardner sekalipun pernah membuat keluarganya kelaparan. Pernah mengalami derita yang tak terbayangkan. Sangat beda dari film-film yang selalu berisi anak seorang kaya yang kemudian menjadi lebih kaya lagi kemudian hidup bahagia. Ini adalah cerita nyata yang juga dialami oleh ratusan juta orang di muka bumi. Apa yang dapat kita pelajari dari Chris Gardner dalam meraih kesuksesannya? Mempertahankan keluarganya? Apakah takdir yang menemukan kita ataukah kerja keras dan kesabaran yang membawa kita menuju takdir kita? Satu hal mungkin yang harus kita ingat sebagai pelajaran, kita tidak pernah tahu apa yang orang lain telah lalui ketika kita membentuk ekspektasi kita.


PEMBAHASAN

A.   DASAR-DASAR TEORI

Dalam menganalisa kasus ini kami menggunakan beberapa teori diantaranya sebagai berikut :

      1. Konsep kepribadian sehat menurut Carl Rogers

Carl Rogers berpendapat bahwa manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa masa kanak-kanak, yang penting adalah masa sekarang, saat ini dan apa yang kita hadapi dan yang terjadi, meskipun masa lampau memberikan pengaruh, namun bukan penentu masa sekarang. Manusia memiliki kecenderungan mengaktualisasi yaitu untuk bergerak menuju perlengkapan atau pemenuhan potensi-potensinya. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar dan kadang menyakitkan, seperti tantangan dan ujian sebagai cambukan terus-menerus terhadap kemampuan seseorang. Rogers memberikan istilah untuk orang yang sehat sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Keterbukaan terhadap pengalaman
Kepribadian yang dinamis dan fleksibel, yaitu terbuka terhadap pengalaman dari luar untuk menemukan pandangan baru yang lebih kreatif dan konstruktif.

       - Kehidupan eksistensial
Orang yang eksis memiliki pikiran jernih dan memakai pengalaman sebagai suatu kehidupan baru serta mereka dapat menyesuaikan diri secara terus-menerus, terbuka, tidak berprasangka, tegar, dan tidak memanipulasi pengalaman.

      - Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Mereka mempunyai kepercayaan diri sepenuhnya, spontanitas namun tidak tergesa-gesa serta tidak meninggalkan konsekuensi yang mungkin diperolehnya. Individu yang sehat memberikan kebebasan pada organisme untuk memberikan nilai terhadap dirinya.

- Perasaan bebas
Orang yang sehat memiliki rasa bebas dalam memilih dan bertindak, memiliki perasaan berkuasa secara pribadi terhadap dirinya sehingga masa depan tergantung pada dirinya dan tidak diatur oleh peristiwa masa lampau.

- Kreativitas
Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki sikap yang kreatif, fleksibel, spontan, wajar dan tidak mengharapkan tuntutan dari lingkungan. Mereka mengembangkan diri dengan penuh keyakinan serta memiliki ketahanan terhadap perubahan, sehingga sikap ini dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.


2. Teori Adjustment (Penyesuaian Diri) dan Coping-Resilience
Konsep adaptasi berasal dari istilah biologi yg berarti upaya untuk bertahan hidup yg dilakukan  oleh berbagai spesies. Adjustment (penyesuaian diri) tersebut mengandung dua proses, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya  dan merubah lingkungan agar menyesuaikan diri dg kebutuhan individu. Istilah penyesuaian diri dan lingkungan bermakna luas yaitu lingkungan yang berbentuk fisik (lingkungan sekitar, alam, benda-benda yang kongkret) dan lingkungan yang berbentuk psikis (jiwa, raga, rohani, keyakinan). Penyesuaian diri yang baik dilakukan dengan respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Ketika individu gagal atau tidak mampu menyesuaikan diri akan menimbulkan gangguan (abnormalitas) seperti kecemasan, stress, kesepian, kebosanan, depresi, frustrasi, perilaku menyimpang serta psikosomatis.
Salah satu upaya penyesuaian diri adalah perilaku coping, yakni upaya untuk melakukan perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam rangka memenuhi tuntutan internal/eksternal (atau konflik diantara keduanya) yang bersifat spesifik dan  dirasakan mengancam bagi individu. (Folkman & Lazarus).

Menurut Lazarus (Sarafino, 1998), ada dua jenis coping yaitu :
1. Emotion-focused coping atau koping yang berfokus pada emosi
Emotion focused coping merupakan upaya coping dengan mengurangi beban emosi atau usaha untuk mengubah/mengelola respon emosi seseorang terhadap stimulus  stres (Prokop, dkk., 1991).

       2. Problem focused coping atau koping yang berfokus pada masalah
Problem focused coping adalah suatu upaya coping dengan mengubah hubungan antara diri dengan lingkungan sebagai strategi problem solving atau sebagai upaya mengubah/ mengelola stimulus stres (Prokop, dkk., 1991).

Dalam menghadapi suatu masalah terkadang menimbulkan trauma. Kemampuan individu untuk bangkit dari trauma disebut resilience. Resilience dapat dilihat dari :
·         Adanya hasil penyesuaian diri yang baik meskipun individu memiliki resiko tinggi
·         Menunjukkan kompetensi yang konstan ketika menghadapi stres
·         Mampu memulihkan diri dari trauma (Wikipedia)

 B. ANALISIS TOKOH 

Dalam teori Rogers, ia mengemukakan bahwa tingkah laku individu dapat dipahami hanya melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas yaitu realitas obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu waktu tertentu. Bila kita kaitkan dengan tokoh Christ Gardner, ia sebenarnya bukan berasal dari keluarga yang bahagia, ia tidak mengalami pengasuhan yang indah bersama kedua orang tuanya dari kecil karena bertemu ayah kandungnya saja ketika ia berusia 28 tahun, namun ia tidak terpuruk oleh kondisi masa lalunya ini. Christ justru mampu melakukan resilience (bangkit dari trauma masa lalu). Hal ini terbukti dari tekadnya agar kelak anaknya kenal siapa dirinya sebagai sosok ayah yang baik. Jika dikaitkan dengan teori Carl Rogers, maka Gardner tergolong dalam orang yang mampu berfungsi sepenuhnya. Hal ini terlihat dari :
  • Gardner mampu menerima keadaan keluarganya yang tidak harmonis dan kondisi ekonomi yang sulit. Sementara istrinya tidak bisa menerima keadaan tersebut. Ia selalu menyalahkan Gardner yang tidak mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan memaksanya untuk bekerja double shift di sebuah laundry demi menutupi kekurangan ekonomi tersebut. Namun hal ini tetap saja tidak mampu menutupi sepenuhnya. Sehingga sang istri semakin tertekan dan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Gardner dan anaknya.
  • Gardner bergerak untuk menuju perlengkapan atau pemenuhan potensinya yaitu dengan mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan  stockbroker. Awalnya ia hanya magang (bekerja tanpa gaji) pada perusahaan tersebut. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa, sebaliknya ia semakin bersemangat dan bertekad kuat. Sikap Gardner yang demikian sangat sesuai dengan Teori Rogers bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang mampu bersikap eksis dan tegar.
  •  Kemampuan aktualisasikan dirinya ditunjukkan dengan semangatnya dalam bekerja walaupun tanpa gaji yang sebenarnya ia sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bersama anaknya. Ia mampu menghadapi segala tantangan dan ujian menuju keberhasilan sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam konsep pribadi sehat.
  • Gardner memiliki pribadi yang dinamis dan fleksibel, ditunjukkan dengan kemampuannya bergaul di lingkungan kantor tanpa menampakkan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya.
  • Gardner termasuk orang yang percaya akan kemampuan dirinya. Ia dapat meyakinkan atasannya bahwa ia memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik, meskipun ia bukan seorang sarjana.
 
 
KESIMPULAN
        Dari analisa kepribadian tokoh di atas, kami menyimpulkan bahwa Christ Gardner memiliki kepribadian yang sehat menurut pandangan Carl Rogers (orang yang berfungsi sepenuhnya). Ia juga mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan perilaku coping yang baik dan mempunyai kemampuan resilience. Sedangkan istrinya tidak mampu bersikap demikian. Dari kisah hidup Christ Gardner ini kita dapat mengambil perjalanan bahwa hidup ini penuh dengan tantangan yang harus dihadapi dengan penuh ketegaran dan kepercayaan diri demi pencapaian keberhasilan




DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., & J, F. G. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar